Perangko pertama di Indonesia dibuat pada tahun 1864. Nah, bagi Anda yang ingin mengetahui cikal bakal sejarah yang terekam dalam sebuah benda kecil bernama perangko cobalah mampir ke sayap kiri Gedung Sate, tepatnya di Jl. Cilaki, Bandung, sebuah museum yang bernaung di bawah PT. Pos Indonesia, Museum Pos dan Giro. Musium ini didirikan pada tahun 1931 dengan nama Museum PTT (Pos, Telepon dan Telegraf). Semula museum ini hanya menyajikan benda koleksi sebatas perangko-perangko, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Namun, berangkat dari keinginan untuk lebih menyadarkan pentingnya peran dan fungsi museum sebagai sarana pendidikan, informasi dan rekreasi bagi generasi muda, maka renovasi pun dilakukan.
Renovasi diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Pos saat itu tanggal 27 September 1983, dengan nama Museum Pos dan Giro. Dengan peresmian ini, museum mengubah orientasi pelayanan dan pengembangan. Benda koleksi yang disajikan tidak hanya sebatas pada perangko, namun diperluas dengan benda-benda lain.yang bernilai sejarah, seperti peralatan pos, visulaisasi dan dioroma kegiatan pos. Seiring dengan berubahnya status perusahaan dari Perum menjadi Persero maka nama museum pun dirunah menjadi Museum Pos Indonesia.Sejak 1983, Museum Pos Indonesia mempunyai koleksi perangko dan benda filateli lainnya, bena-benda yang digunakan untuk pelayanan pos sejak jaman Hindia Belanda, buku-buku dan benda-benda lain yang bernilai sejarah.
Terdiri dari dua lantai, lantai pertama dan bassement. Di lantai pertama memuat benda-benda koleksi sejarah, termasuk di dalamnya patung tokoh pos Indonesia, Mas Soeharto. Di basement, ribuan koleksi filateli bisa anda temukan. Perangko-perangko disusun dengan rapi dalam sejenis lemari yang dinamakan vitrin, baik yang terbuka maupun tertutup. Peralatan-peralatan pos yang digunakan sejak jaman Hindia Belanda, mulai dari kendaraan pengantar surat, timbangan surat, baju pengantar pos sampai stempel untuk menanggali surat.
Posting Komentar